Senin, 21 Desember 2009

Pupuk, Air , Padi dan Petani


Air suatu modal utama pagi para petani. Bukan untuk minumnya saat kehausan jauh dari rumah, namun lebih dari itu.

Dua sumber air yang di damba hanya Hujan dan Irigasi.
Hujan, kita manusia hanya berharap. berbeda dengan irigasi.
Irigasi ada yang mengendalikan dalam arti ada campur tangan manusia "Dinas Pengairan"



Lepas dari perangkap Air, disemailah bibit padi. hingga hamparan lumpur berubah hijau membuat senyum pak tani lembar.

Namun senyum itu kan pudar saat ada Uang namun pupuk tak ada.
walau uang tersebut pak tani dapat dari menjual kutang istrinya "demi segenggam harapan" tuk dapat memanen padi guna bayar utang.

Petani, Produsen, Agen dan pemerintah membahas pupuk dengan topik yang berbeda dengan argumen dan sudut pandang yang berbeda pula. semua tak mau di salah.

Seiring waktu berlalu entah dari mana . hamparan sawahpun tlah berubah dengan butir-butir padi. Namun bukan hanya Pak Tani yang mendamba, Hama "si Bedes " pun ikut menari. Sementara sama halya dengan pupuk, insextisida tak sebanding dengan harga Padi di pasaran.



Namun kali ini dengan kepanikannya, namun untung pak tani tak menjual istri demi setetes pembasmi "si Bedes"

Sungguh tragis nasib Pak Tani. semua itu dilalui demi membayar utang sehari-hari di warung kedai kopi. Tanpa ada yang mau peduli.

1 komentar:

  1. Wah, mas Tonni udah punya blog nih. Mantap. Spesialis menulis ttg petani dan pedesaan. Jadi kangen pulang nih.. :)
    Terus kembangkan blognya mas..

    BalasHapus