Jumat, 18 Desember 2009

Pertumbuhan produksi Pertanian



Menyaksikan iklan layanan masyarakat ditelevisi yang dibuat oleh Departemen Pertanian tentang kemajuan pertanian Indonesia , seolah ada harapan baru bagi kehidupan petani di Indonesia. Masyarakat mayoritas yang selama ini hidupannya jauh dari kata sejahtera, khususnya petani-petani kecil di daerah-daerah.
Iklan tersebut mengungkapkan fakta "diatas 5%" pertumbuhan produksi pertanian selama lima tahun ini.

Sebagai seorang yang hidup dan berkumpul bahkan tumbuh dari keluarga petani, memang sangat merasakan betapa ‘sulitnya’ hidup sebagai petani. Bagaimana tidak, dalam seluruh proses dari mulai penyiapan lahan hingga memanen hasil produksi selalu menghadapi permasalahan, belum lagi tenaga yang harus dikeluarkan yang mana jika mau dihitung secara matematis sungguh tenaga yang dikeluarkan oleh petani bukan merupakan variabel proses produksi. Kasarnya mereka bekerja tiap hari dari pagi buta hingga petang kelam tanpa bayaran. Mulai dari penyiapan lahan untuk menanam, petani sudah dihadapkan pada kondisi alam, khususnya petani yang memproduksi tanaman yang membutuhkan air, seperti padi. Seperti kita tahu bersama, seiring dengan perubahan iklim global, jadwal musim di Indonesia tidak memiliki keteraturan lagi. Setelah itu mereka dihadapkan pada pemilihan benih yang sering dimainkan oleh para pemilik modal, dimana para petani harus membeli benih dari sebuah produsen tertentu dengan harga yang tinggi. Biasanya dibuat isu jika tidak membeli benih dari produsen tertentu nantinya setelah panen tidak akan laku, kalaupun laku harganya lebih rendah. Belum lagi jika ada campur tangan dari aparat pemerintah dengan dalih menolong petani sebagai kedok, padahal hanya ingin mengambil keuntungan. Kita tahu sendiri bagaimana kasus yang terjadi beberapa waktu lalu (padi supertoy red.). Setelah itu, petani akan dihadapkan pada sulit dan mahalnya mendapatkan pupuk dan obat-obatan. Pada musim pemupukan sudah dapat dipastikan kalau harga pupuk akan melambung tinggi selain sedikitnya persediaan di pasar. Sekali lagi petani terjebak pada permainan kapitalisme. Bahkan setelah panen pun petani akan menghadapi masalah lagi dalam proses penjualannya. Dengan produk pertanian yang melimpah, harganya akan merosot tajam seiring hukum demand and supply . Jika penawaran meningkat, maka harga akan turun. Ya, itulah gambaran bagaimana tragisnya kehidupan petani.

Lalu peningkatan minimal 5% seperti yang digambarkan iklan tersebut, peningkatan dari segi apa ?
Kesejahteraan kaum Petani kah?
Hasil produksi kah ?
Atau Kesejahteraan bagi Para pemilik Modal (produksen pembibitan, Pupuk dan Obat-obatan) ?

Jawabannya saya kira sudah jelas !

Kesejahteraan Petani: kayaknya tidak mungki . Karena Untuk kehidupan sehari-hari saja dari mulai biaya hidup, kesehatan dan belum lagi biaya pendidikan mereka masih mengandalkan hutang "YARNEN (Bayar Panen). Padahal mereka sendiri belum jelas angka keberhasilan hasil produksi. yang bila dihitung hitung sesungguhnya Biaya Produksi seimbang dengan hasil Produksi, bahkan dirasa biaya lebih besar dari hasil.
Al hasil itu Pasti. belum lagi kegagalan Faktor "X". sudah jelas menangislah para petani. Hasil produksi bisa gagal namun Biaya produksi mana mungkin gagal. (Fixed Costs).

Hasil Produksi :
Sering kemajua jaman dimana teknologi industri tumbuh pesat seiraman kebutuhan pangsa pasar dunia.Sebagai negara berkembang (berkembang walau sejak puluhan tahun lalu "Masa PELITA" ) mau tak mau kita terseok untuk mengikuti arus tersebut. Justru ironisnya kita selalu menjadi korban atas kemajuan negara lain. Lahan-lahan pertanian terkikis habis tersulap menjadi lahan industri. bukan hanya di kawasan kota saja bahkan sampai ke kawasan Hulu dan pedesaan sekalipun.
Belum lagi menghitung pengikisan lawan pertanian menjadi hunian tempat tinggal akibat pertubuhan penduduk yang sangat signifikan.

Dari dua hal tersebut diatas menurut pandangan saya sudah sangat jelas dimana pertumbuhan tersebut.?

yang ada hanya kenangan sejarah masa lampau untuk kita ceritakan dengan perasaan bangga pada anak cucu kelak.Kenapa keadaan tsb
harus diceritakan dengan perasaan bangga ? Jelas sudah sesungguhnya kita bukan negara produksi pertanian Padi yang berhasil sesuai dengan Nyanian masa kecil era 60-an. " Nenek Moyang ku Orang Pelaut ..............." (tidak akan malu dan takut ditertawakan. toh kita kan turunan pelaut)

Melihat kondisi ini apa mau dikata. Siapa yang mau disalah.

Memilik Modal berlalih investasi ke industri.
Pemilik Lahan Pertanian menjual lahannya pada para pengembang dengan iming-iming rupiah yg menjanjikan.
lalu para penggarap dan buruh tani , apa yang di harap? selain para pemberi hutang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.

Selamat berjuang para petani. semoga saja masih ada orang yang mau mengulurkan tangannya untuk memberimu hutang walau dengan bunga yang mahal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar